Selasa, 12 Juli 2011

Sumur Resapan Kolektif dan Sumur Resapan Terpadu dengan Pertanian untuk Daerah Pedesaan

[webtekniksipil] - Sumur resapan untuk daerah pedesaan dapat berupa Sumur Resapan Individual untuk Daerah Pedesaan, Sumur Resapan Kolektif dan Sumur Resapan Terpadu dengan Pertanian untuk Daerah Pedesaan. Dimana Sumur Resapan Individual untuk Daerah Pedesaan, terdiri dari Sumur Resapan dari Bambu, Sumur Resapan dengan Lubang Kerikil (sudah diuraikan pada tulisan terdahulu), sedang Sumur Resapan Pedesaan Kolektif yang terdiri dari, Cek Dam Sederhana dan Kolam Resapan di Hutan Lindung atau Hutan Desa dan Sumur Resapan Pedesaan Terpadu dengan Pertanian berupa Guludan Bersekat, Guludan Berorak dan Parit Bedengan Bersekat, (akan diuraikan dalam tulisan ini).
Konversi lahan pertanian
Konversi lahan pertanian, Menyebabkan berkurangnya area resapan air di kawasan pedesaan.
[webtekniksipil] - Sumur resapan untuk daerah pedesaan dapat berupa Sumur Resapan Individual untuk Daerah Pedesaan, Sumur Resapan Kolektif dan Sumur Resapan Terpadu dengan Pertanian untuk Daerah Pedesaan. Dimana Sumur Resapan Individual untuk Daerah Pedesaan, terdiri dari Sumur Resapan dari Bambu, Sumur Resapan dengan Lubang Kerikil (sudah diuraikan pada tulisan terdahulu), sedang Sumur Resapan Pedesaan Kolektif yang terdiri dari, Cek Dam Sederhana dan Kolam Resapan di Hutan Lindung atau Hutan Desa dan Sumur Resapan Pedesaan Terpadu dengan Pertanian berupa Guludan Bersekat, Guludan Berorak dan Parit Bedengan Bersekat, (akan diuraikan dalam tulisan ini).
Sumur Resapan Pedesaan Kolektif
  1. Cek Dam Sederhana
Sistem cek dam sederhana dilakukan dengan cara membendung lembah dengan tanah. Sistem tersebut dapat juga dimanfaatkan untuk persedian air permukaan pada musim kemarau. Cara ini banyak dikembangkan di daerah Nusa Tenggara yang memiliki musim kering dan lahan yang bergelombang.
Kolam resapan kolektif dengan membendung lembah
Gambar 1.  Kolam resapan kolektif dengan membendung lembah.
Cara ini cocok diterapkan pada lahan-lahan yang bergelombang, memiliki lembah-lembah yang dalam, dan mudah untuk dibendung serta air dari pemukiman dapat disalurkan ke lembah yang akan dibendung.
Bendungan dibuat dari tanah yang terlebih dahulu dibuat tumpukan balok kayu yang tidak mudah lapuk, seperti ulin, pohon kelapa, pohon enau, atau jati, dan dipatok dengan patok kayu yang dapat tumbuh berakar dan bertunas, seperti bambu haur, galam, angsana, gamal, atau dadap.
Konstruksi bendungan sederhana
Gambar 2.  Konstruksi bendungan sederhana.
Agar air hujan dapat masuk ke dalam kolam resapan, maka dari pemukiman atau lahan lainnya dibuat parit-parit yang mengarah ke kolam resapan. Dengan demikian, air hujan dapat terkumpul dalam kolam dan dapat meresap ke dalam tanah.
  1. Kolam Resapan di Hutan Lindung atau Hutan Desa
Untuk daerah-daerah datar, dapat dibuat kolam resapan di lokasi yang rendah tempat air mengalir dan berkumpul. Model sumur resapan ini dapat dibuat di lahan fasilitas umum atau di hutan lindung yang sekaligus dapat dikembangkan dengan konsep hutan desa.
Kolam resapan kolektif berpadu dengan hutan lindung desa
Gambar 3.  Kolam resapan kolektif berpadu dengan hutan lindung desa
Dinding kolam resapan dapat diberi dinding dari ayaman bambu atau dengan patok-patok bambu (bambu haur atau bambu kuning) yang dapat tumbuh. Model dari kolam resapan dapat dilihat pada Gambar 3.
Sumur Resapan Pedesaan Terpadu dengan Pertanian
Sumur resapan air hujan untuk pedesaan dapat pula dipadukan dengan sistem usaha tani dengan menerapkan konsep usaha tani konservasi. Sistem ini relatif mudah serta tidak perlu mengeluarkan dana dan tenaga secara khusus.
Penerapan sistem ini disamping sebagai upaya konservasi air tanah dan pencegahan banjir, juga dapat meningkatkan produktivitas pertanian dan menekan laju erosi. Adapun model sumur resapan yang dipadukan dengan usaha tani, yaitu guludan bersekat, guludan berorak, dan parit bedengan bersekat.
  1. Guludan Bersekat
Guludan bersekat dibuat dengan cara meninggikan tanah membentuk guludan yang tingginya 30-50 cm dengan arah guludan memotong lereng. Pada parit-parit, guludan tersebut dibuat sekat-sekat dari guludan tanah kecil. Guludan utama ditanami tanaman produktif. Dengan cara demikian air hujan akan tertahan dalam lembah-lembah guludan yang akhirnya dapat meresap ke dalam tanah. Model dari guludan bersekat dapat dilihat pada Gambar 4.
Model guludan bersekat sebagai sumur resapan
Gambar 4.  Model guludan bersekat sebagai sumur resapan.
  1. Guludan Berorak
Guludan berorak prinsipnya sama dengan guludan bersekat. Cara pembuatannya sama dengan guludan yang memotong lereng, ketinggian guludan antara 30-50 cm. Pada Iembah, di antara guludan dibuat galian berupa rorak-rorak yang ukuranya 30-50 cm serta jarak antara lubang 5-10 m. Model dari guludan berorak dapat dilihat pada Gambar 5.
Model guludan berorak sebagai sumur resapan
Gambar 5.  Model guludan berorak sebagai sumur resapan.
  1. Parit Bedengan Bersekat
Parit di lahan pertanian juga dapat dijadikan sumur atau tempat resapan air hujan. Agar dapat berfungsi juga untuk meresapkan air hujan, harus dibuat sekat-sekat pada parit-parit tersebut. Dengan demikian, air hujan dapat ditampung dan diresapkan ke dalam tanah. Model ini cocok diterapkan pada lahan kering.
Model parit bersekat
a). pada lahan datar.
Model parit bersekat
b). pada lahan miring.
Gambar 6.  Model parit bersekat.
Pada lahan miring dibuat teras dengan parit bersekat di bawahnya. Kedalaman parit adalah 40-50 cm, sedangkan sekatnya dibuat dengan ketinggian 20-30 cm sehingga air tetap dapat melimpas bila kebanyakan tanpa mengganggu tanaman.
Semoga Bermanfaat
( ==o0o== )
Sumber :
SUMUR RESAPAN untuk Pemukiman Perkotaan dan Pedesaan
K u s n a e d i
- (Penebar Swadaya, 2011)

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More