Timbunan Jalan pada Tanah Lunak, No: Pt T-8-2002-B (Panduan Geoteknik 3 : Penyelidikan Tanah Lunak Pengujian Laboratorium) | Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah | 2002 (Edisi Pertama Bahasa Indonesia) | 161 h | pdf | 2.68 MB | Panduan ini merumuskan: (a). Ceklis untuk mengevaluasi kemampuan laboratorium pengujian geoteknik dan kriteria pemilihan laboratorium, (b). Faktor-faktor yang berpengaruh pada perencanaan dan pengembangan program pengujian laboratorium, (c). Rangkuman prosedur pengujian standar terutama acuan pengujian lempung organik lunak dan gambut serta interpretasi hasil pengujiannya, (d). Prosedur untuk mengurangi sekecil mungkin gangguan pada contoh tanah selama penanganan dan penyiapan benda uji; interpretasi data pengujian untuk mengevaluasi kualitas contoh, (e). Prosedur untuk mengidentifikasi dan menjelaskan struktur dan fabrik tanah, (f). Persyaratan-persyaratan pelaporan.
Judul Dokumen
:
Timbunan Jalan pada Tanah Lunak
No : Pt M-01-2002-B
Panduan Geoteknik 3 : Penyelidikan Tanah Lunak Pengujian Laboratorium
No : Pt M-01-2002-B
Panduan Geoteknik 3 : Penyelidikan Tanah Lunak Pengujian Laboratorium
Penerbit
:
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah
Tahun
:
2002 (Edisi Pertama Bahasa Indonesia)
Halaman
:
161 h
Format File
:
pdf
Ukuran File
:
2.68 MB
Tujuan Dari Panduan Geoteknik 3
Panduan ini merumuskan:
- Ceklis untuk mengevaluasi kemampuan laboratorium pengujian geoteknik dan kriteria pemilihan laboratorium,
- Faktor-faktor yang berpengaruh pada perencanaan dan pengembangan program pengujian laboratorium,
- Rangkuman prosedur pengujian standar terutama acuan pengujian lempung organik lunak dan gambut serta interpretasi hasil pengujiannya,
- Prosedur untuk mengurangi sekecil mungkin gangguan pada contoh tanah selama penanganan dan penyiapan benda uji; interpretasi data pengujian untuk mengevaluasi kualitas contoh,
- Prosedur untuk mengidentifikasi dan menjelaskan struktur dan fabrik tanah,
- Persyaratan-persyaratan pelaporan.
Batasan Dari Panduan Geoteknik 3
Panduan Geoteknik 3 ini membahas tentang uji yang dilaksanakan di laboratorium untuk keperluan evaluasi terhadap stabilitas, daya dukung dan penurunan dari konstruksi jalan yang dibangun di atas tanah lunak. Dalam Panduan Geoteknik ini juga diuraikan mengenai lempung inorganik dan lempung organik, gambut, dan penekanan khusus diberikan untuk tindakan pencegahan yang harus diambil ketika melakukan pengujian terhadap lempung organik dan gambut serta interpretasi terhadap data yang dihasilkannya. Sedangkan uji untuk material timbunan yang dipadatkan (misalnya untuk mendapatkan nilai maksimum dari kepadatan kering, dan nilai CBR, tidak akan dibahas dalam panduan ini.
Supaya hasil uji laboratorium dapat digunakan, maka penting untukdiperhatikan bahwa laboratorium yang dipilih untuk melakukan uji tersebut harus memiliki kemampuan dan kapasitas yang diiginkan, khususnya dengan memperhatikan sistem pengendalian mutunya. Bab 2 dari Panduan Geoteknik ini menjelaskan secara detil prosedur yang harus ditempuh untuk menilai dan menentukan kelas atau tingkatan dari sebuah laboratorium, dilihat dari tingkat kemampuannya melakukan suatu pengujian.
Perencanaan penyelidikan tanah membutuhkan koordinasi dan kesatuan antara kegiatan lapangan dan laboratorium itu sendiri, dengan tujuan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dengan biaya seminimal mungkin. Bab 3 dari Panduan Geoteknik ini membahas tentang perencanaan program pengujian laboratorium dan pemeriksaan faktor-faktor yang mempengaruhi batasan dari program tersebut.
Dijelaskan pada Bab 4 dari Panduan Geoteknik ini, sistem yang digunakan untuk mengklasifikasi tanah organik dan inorganik berbutir halus serta gambut; jenis pengujian yang harus dilakukan untuk mengklasifikasikan tanah, dan untuk mendapatkan karakteristik kuat geser, kompresibilitas dan permeabilitasnya juga dijelaskan. Jenis tanah tersebut umumnya diuji dengan metode uji standar sebagaimana tercantum dalam Lampiran A. Adalah merupakan hal yang penting bagi seorang Ahli Geoteknik yang Ditunjuk untuk merumuskan secara jelas program pengujian yang akan dilakukan terhadap contoh tanah, serta parameter uji apa yang akan digunakan; sebuah contoh mengenai hal ini diberikan dalam bentuk sebuah prosedur.
Bab 5 dari Panduan Geoteknik ini menguraikan mengenai gangguan atau kerusakan yang terjadi pada contoh tanah, dan konsekuensi akan kemungkinan terjadinya penurunan kualitas yang terjadi di laboratorium selama proses penanganan contoh dan persiapan pengujian spesimen; tindakan pencegahan yang harus dilakukan untuk memperkecil gangguan yang timbul juga dibahas. Prosedur yang dikeluarkan oleh Masyarakat Internasional untuk Mekanikan Tanah dan Teknik Fondasi (International Society for Soil Mechanics and Foundation Engineering, ISSMFE, 1981) untuk mengevaluasi kualitas relatif dari sampel berdasarkan pada interpretasi dari hasil pengujian memberikan detil tahapan kegiatan yang harus dilakukan.
Bab 6 dari Panduan Geoteknik ini menguraikan fabrik dan struktur tanah. Prosedur ASTM menjelaskan secara detil bagaimana caranya mengidentifikasi tanah yang dapat digunakan baik untuk di lapangan maupun di laboratorium. Analisis terhadap makrofabrik tanah, dengan menggunakan metode yang diusulkan oleh Mc Gown dan Jarrett (1997a) juga dibahas, yang meliputi prosedur laboratorium untuk pemotretan dan pelaksanaan dari pemeriksaan makfrofabrik tersebut.
Bagian akhir dari Panduan Geoteknik ini membicarakan persyaratan yang harus dipenuhi dalam pelaporan hasil dari pengujian laboratorium tersebut.
DAFTAR ISI
Prakata
Daftar Isi
1
Pendahuluan Panduan Geoteknik 3
1.1
Batasan dari Panduan
2
Kriteria untuk Pemilihan Laboratorium
2.1
Pendahuluan
2.2
Akreditasi Laboratorium di Indonesia
2.3
Persyaratan Umum untuk Laboratorium Pengujian Tanah
2.4
Evaluasi Kemampuan Laboratorium Menurut ASTM D3740-92
2.4.1
Organisasi dari Laboratorium
2.4.2
Sumber Daya Manusia dari Laboratorium
2.4.3
Kualifikasi Personil
2.4.4
Verifikasi terhadap Kemampuan
2.4.5
Persyaratan Pengujian
2.4.6
Persyaratan Tambahan untuk Peralatan Pengujian
2.4.7
Persyaratan Sistem Mutu
2.4.8
Persyaratan Pencatatan dan Pelaporan
2.5
Kriteria untuk Mengevaluasi Laboratorium
2.5.1
Informasi Umum yang Dibutuhkan pada Tahap Awal dari Evaluasi Laboratorium
2.5.2
Pemeriksaan Fasilitas Laboratorium oleh Ahli Geoteknik yang Ditunjuk
2.6
Pemeringkatan Kemampuan Pengujian Laboratorium
2.7
Pengendalian Mutu
2.7.1
Urutan Penanganan Contoh Tanah
3
Perencanaan Program Pengujian Laboratorium
3.1
Pendahuluan
3.2
Pengembangan Program Pengujian Awal Laboratorium
4
Pengujian Laboratorium
4.1
Klasifikasi Tanah
4.1.1
Klasifikasi Lempung Organik dan Inorganik
4.1.2
Klasifikasi Gambut
4.2
Pengujian Indeks yang Dilakukan untuk Tujuan Klasifikasi dan Tujuan Lainnya
4.2.1
Kadar Air Asli
4.2.2
Pembagian Ukuran Butir
4.2.3
Berat Jenis
4.2.4
Kepadatan Curah
4.2.5
Bata-batas Konsistensi (Atterberg)
4.2.6
Uji Geser Baling Laboratorium
4.2.7
Kadar Organik Gambut dan Tanah Organik Lainnya
4.2.8
Kepadatan Curah Gambut
4.2.9
Kadar Serat Gambut
4.2.10
Ekstraksi Air Pori dan Pengukuran Salinitas
4.2.11
Konduktivitas
4.2.12
pH Bahan Gambut
4.2.13
pH Tanah
4.2.14
Kadar Karbonat
4.2.15
Kadar Klorida
4.2.16
Kadar Sulfat
4.3
Pengujian Kuat Geser
4.3.1
Uji Geser Langsung
4.3.2
Uji Tekan Triaksial
4.3.3
Diskusi mengenai Pengujian Laboratorium untuk Menentukan Kuat Geser Tanah Organik dan Gambut
4.4
Pengujian Konsolidasi
4.4.1
Uji Konsolidasi Satu Dimensi
4.4.2
Penentuan Sifat Konsolidasi Menggunakan Sel Hidrolik
4.4.3
Diskusi Mengenai Uji Laboratorium untuk Menentukan Karakteristik Konsolidasi Tanah Organik dan Gambut
4.5
Uji Permeabilitas
4.6
Spesifikasi Program dan Parameter Pengujian Laboratorium
4.6.1
Program Pengujian Laboratorium
4.6.2
Parameter Pengujian Laboratorium
4.7
Konsistensi Data
5
Kualitas dan Kerusakan Contoh Tanah
5.1
Pendahuluan
5.2
Prosedur Laboratorium untuk Memperkecil Gangguan Pada Tanah
5.2.1
Penyimpanan Contoh Tanah
5.2.2
Penanganan Contoh Tanah dan Persiapan Benda Uji untuk Pengujian
5.3
Evaluasi Terhadap Tingkat Gangguan Pada Contoh Tanah
5.3.1
Tegangan-Regangan Tak Terdrainase dan Prilaku Kuat Geser
5.3.2
Kurva Konsolidasi Satu Dimensi
5.3.3
Tegangan Efektif Residual
5.3.4
Penilaian Kualitas Contoh Tanah
6
Struktur dan Fabrik Tanah
6.1
Definisi 95
6.2
Pemeriaan dan Identifikasi Tanah
6.3
Prosedur Penampangan dan Analisis Fabrik
6.3.1
Identifikasi dan Klasifikasi dari Fitur Fabrik
6.3.2
Prosedur Laboratorium
7
Pelaporan
7.1
Persyaratan Khusus
7.2
Persyaratan Umum
7.3
Laporan Laboratorium
8
Referensi
Lampiran
0 komentar:
Posting Komentar